Juanda-Jakarta, Sabtu 15 Maret 2020 semua tenaga pendidik, kependidikan dan tenaga penunjang berkumpul bersama di Aula SD Santa Maria untuk mendengarkan sosialisasi Musyawarah Nasional Pendidikan Ursulin Indonesia. Diawali dengan sharing singkat mengenai pengalaman berproses selama acara munas di Pacet Oktober 2019 yang lalu sekaligus menggambarkan tujuan sosialisasi MUNAS kepada seluruh warga kampus SAnta Maria.
A Global Community Moving Into New Life
Tema yang sesungguhnya merupakan tema pertemuan kapitel yang mau mengajak seluruh sekolah ursulin di mana saja untuk mampu melihat dan memahami lebih dalam mengenai keberadaan komunitasnya. Belajar, merefleksikan apa yang menjadi hambatan, kekurangan, kelebihan, apa yang menjadi penggerak di tengah perubahan jaman saat ini yang terus berubah.
Ibu Margaretha Dwi Utari, S.Pd mengawali sosialisasi dengan mengajak semua untuk mulai belajar open mind (berani bereaksi tetapi tidak berbicara terlebih dahulu, mendengarkan sebagai awal untuk mencerna segala informasi, membuka wawasan dan pemikiran terlebih dahulu yang ada di sekitar , open heart bisa menterjemahkan apa yang pikiran kita dan open will apa yang akan kita lakukan untuk merealisasikan apayang menjadi tujuan kita. Mengubah kekurangan menjadi kelebihan.
Perlunya generatif listening menjadi hal yang penting untuk dapat melihat lebih dalam apa yang ada dalam diri kita, diri komunitas dengan belajar mendengarkan tidak terburu-buru mengejudge situasi, mendengarkan dengan seluruh indera, fokus kepada gambaran-gambaran khusus bukan pada hal lainnya, memperhatikan apa yang tidak dimengerti dari pada apa yang tidak kita sukai, peka terhadap apa yang dirasakan ketika orang lain menyampaikan informasi tersebut, memperhatikan secara holistik.
Meneropong Kampus Santa Maria
Sr. Korina Ngoe, OSU dalam sesi ini membahas mengenai apa yang telah dilakukan dan belum dilakukan Kampus Santa Maria selama ini. Bahwa Kampus Santa Maria selama ini telah konsisten dalam menjalankan rencana-rencana strategisnya, pengembangan kurikulum terus menjadi perhatian dengan mengkolaborasi kurikulum nasional dan core value ursulin serta ciri khas kampus yaitu sociopreneur. Berbagai kegiatan yang direncanakan dan dilakukan terus berpijak pada core value dan sociopreneur Cerdas Mandiri Penuh Kasih (CMPK), dengan memanfaatkan teknologi digital dalam setiap kegiatan dan promosi sekolah.
Kampus Santa Maria juga terus mengembangkan SDM tenaga pendidik, kependidikan dengan berbagai pelatihan baik untuk mengembangan kognitif yang sesuai dengan bidangnya maupun pengembangan spritual dengan berlandaskan nilai-nilai Santa Angela. Sistem berbasis online dari Pusat Yayasan Pendidikan Ursulin akan segera diterapkan. Pembiasaan nilai Servite et Amate, sociopreneur Cerdas Mandiri Penuh Kasih harus terus diajarkan. Masyarakat masih memiliki pandangan positif terhadap kampus Santa Maria baik dari sisi lingkungan sekolah, fasilitas yang semakin lengkap, pendidikan karakter yang terus berkesinambungan mengikuti jenjang pendidikan, pelayanan yang semakin baik dan kredibilitas di mata dinas dan masyarakat umum semakin meningkat. Kampus Santa Maria mewujudnyatakan Laudato Si dengan menjadi Kampus bebas Plastik dan Styrofoam.
Tantangan pendidikan karakter diera digital
Tema ini disampaikan oleh Sr. Anastasia Ratnawati, OSU, Ibu Marita Tanaga dan Ibu Susanna Tri Gesang S.Pd
Mengubah paradigma yang berupa pemahaman, sikap, perilaku. Jika kita mengikuti perubahan kita dapat menjadi pendidik yang menyenangkan bagi anak. Proaktif mengubah paradigma mulai dari dalam diri bukan dari orang lain
Pendidikan Servite et amate diera digital menjadi penting tanpa karakter/ nilai-nilai pendidikan itu sendiri akan mendatangkan malapetaka. Setiap warga kampus dituntut untuk beradaptasi dan kritis terhadap era digital dan kreatif untuk berinovasi memanfaatkan fasilitas dan sumber daya yang ada. Nilai-nilai servite et amate perlu dikembangkan mulai dari keluarga, guru dan lingkungan sosial. Paradigma yang positif, dengan pengkondisian/pembiasaan yang lama berpengaruh terhadap diri anak, membentuk peta di otak dan menjadi karakter. Setiap orang harus mengalami nilai servite et amate yang kemudian akan menjadikannya sebagai budaya semua bersumber dari pengalaman harian.
Komunitas Solid bergerak menghadapi perubahan dunia
Ibu Euthalia Handri Astuti, S.Pd melihat dalam mendidik karakter anak kita tidak boleh memarginalkan anak nakal, yang kurang semangat, yang sering menjadi pembuat masalah, mereka patut dihargai dan sering kali harus diberikan kepercayaan, mereka akan percaya kepada kita, merasa diperhatikan dicintai dan akan bertumbuh menjadi pribadi yang suskses.
Sebagai kesimpulan bahwa segenap warga kampus Santa Maria harus dapat bergerak bersama open mind, open heart, open will, terbuka terhadap perubahan dan perkembangan jaman. Kampus Santa Maria harus dapat mencombine nilai-nilai/ values Servite et Amate dengan kebutuhan masyarakat agar tidak ketinggalan dari sekolah lainnya.Transformasi pendidikan mengedepankan peserta didik sebagai prioritas, mengedepankan kesuksesan akademik maupun karakter. Menghidupi servite et amate sebagai living values.
Jika suatu komunitas solid kuat dan bersatu maka akan mampu menghadapi setiap perubahan dan tantangan dari luar. Pendidik menjadi role model bagi setiap peserta didik.
Sebelum menutup pertemuan Sr. Korina Ngoe, OSU menyampaikan protokol pencegahan penyebaran virus Corona, Kampus Santa Maria menyediakan Hand Sanitizer di setiap akses masuk sekolah dan kelas, juga mengadakan pemeriksaan suhu tubuh dengan thermogun, sambil menunggu keputusan dari pemerintah.
(Humas Kampus Santa Maria Juanda -Jakarta)