Sebuah pertanyaan muncul, mengapa diberi nama Santa Maria? Pertanyaan itu diungkapkan oleh Romo Yohanes Raditya Wisnu Wicaksono (Romo Wisnu) saat memberikan homili pada misa syukur ulang tahun Biara Ursulin Santa Maria ke 167 dan museum Ursulin Santa Maria ke 12 di aula SMP Santa Maria Selasa 7 Februari 2023 lalu.
Romo Wisnu mengatakan tidak tahu mengapa biara ini dinamakan Santa Maria. Ternyata alumni dan banyak staff serta guru juga tidak tahu mengapa dinamakan Santa Maria.
Perjalanan Biara Ursulin di jalan Noordwijk no. 29 yang sekarang menjadi biara Santa Maria adalah sebagai berikut. Mgr. Vrancken yang menjadi Uskup Batavia, pada tahun 1854 mengunjungi Belanda dan meminta izin kepada Pastor Lambert untuk mengizinkan adanya misi para suster ke Tanah Jawa. Permohonan itu baru disetujui pastor Lambert setelah berkonsultasi dengan Uskup Mechelen dan dikirimkan 6 Suster dari Sittard dan satu Suster dari Maeseyck sebagai pemimpinnya yaitu Suster Ursula Meertens.
Pada 7 Februari 1856 Rombongan Suster Ursulin pertama kali tiba di Batavia dan masuk ke rumah di Jalan Noordwijk no. 29. Pada pertengahan Februari tahun tersebut, Mgr. Vrancken datang dan memberkati rumah dan seluruh komplek dan memberinya nama “Transfiguratie.” (kronik hal. 20)
Karya pertama dibuka pada 13 Mei 1856 yaitu Asrama, sedangkan TK dan SD pada 1 Agustus. Kronik biara mencatat akhir Oktober 1856 penghuni asrama mencapai 40 orang. Akhir Tahun 1856 di sekolah “Frobel” (TK) terdapat 62 anak, dan Sekolah Rendah (SD) muridnya 295 anak.
Antara tahun 1857-1858 dilakukan renovasi karena jumlah peserta didik bertambah banyak. Kapel di perbesar dan diberkati oleh Mgr. Vrancken. Sebagai pelindungnya, kami pilih “Bunda Maria tanpa noda” tulis kronik halaman 22. Dari peristiwa pemberkatan dan pemberian nama Kapel tersebut, nama “Maria” bunda Yesus mulai digunakan.
Pada masa perang kemerdekaan antara 1942 – 1947, Sebagian besar biara Transfigurasi beserta gedung sekolah dikuasi tentara. Mulai dari tentara Belanda, Jepang, Gurkha, Inggris dan Kembali ke tentara Belanda. Para suster hanya mendapatkan Sebagian kecil ruangan di Kapel yang digunakan bersama-sama para suster, anak asrama dan panti asuhan dari Jalan Pos serta titipan dari para suster Gembala Baik di Jatinegara (1942).
Setelah perang Kemerdekaan, Seluruh ruangan tidak dapat digunakan karena kotor, berantakan dan fasilitas belajar sekolah, biara dan asrama rusak berat, tidak dapat digunakan lagi. Sabtu Suci sebelum Malam Paskah 1949 Lonceng di Kapel dibunyikan setelah selama 6 tahun senyap. Pada Agustus tahun tersebut, seluruh kompleks sekolah dan biara merayakan pesta Santa Maria diangkat ke Surga dan sejak saat itu seluruh kompleks diberi nama Santa Maria.
Dimulai dari para suster yang mengusulkan nama Kapel sampai terjadinya berbagai peristiwa yang dialami para suster, Santa Maria menjadi sebuah nama yang digunakan biara, sekolah, asrama dan museum di Jalan Ir. H. Juanda no. 29 Jakarta Pusat sampai saat ini. *** (Museum Ursulin Santa Maria)
https://museumsantamariajuanda.blogspot.com/2023/02/awal-mula-nama-santa-maria.html